Kunjungan Kominfo Jawa Timur

dalam acara pembentukan dan pembinaan kim harapan bersama di desa Tanjangawan kecamatan ujungpangkah

Melihat budidaya lele kolam terpal

dengan KIM Harapan Bersama

Pembentukan dan Pembinaan

Kelompok Informasi Masyarakat ( KIM ) Harapan Bersama

Studibanding di kebun sayur surabaya

Bersama KIM Harapan Bersama

KIM Harapan Bersama

Menghadiri acara di Dinas Koperasi Jawa Timur

Senin, 27 Juli 2015

Merayakan Riyoyo Kupat di Desa Tanjangawan



Merayakan Riyoyo Kupatan di Desa Tanjangawan

Tanjangawan News, Masyarakat Jawa mempercayai Sunan Kalijaga adalah orang yang pertama kali memperkenalkan ketupat. Kata Ketupat atau kupatan berasal dari bahasa Jawa yang mempunyai makna atau arti “Ngaku Lepat” yang berarti mengakui kesalahan. sehingga dengan adanya ketupat dan memakannya diharapkan sesama muslim mengakui kesalahan dan saling memaafkan.

Sunan Kalijaga membudayakan Hari Raya Setelah Ramadlon dengan dua kali Hari Raya yang biasa disebut bhodho, yaitu lebaran pada umumnya dan bhodho kupat atau kupatan. bhodho sendiri diambil dari bahasa Arab Ba’da yang artinya sudah. Bodho kupat sendiri di mulai seminggu sesudah lebaran. yang biasanya pada waktu itu masyarakat jawa khusunya mulai sibuk membuat atau menganyam selongsong untuk kupat. dan yang sudah dimasak dihantarkan ke kerabat ataupun tetangga. di sebagian wilayah dijawa khususnya desa Tanjangawan Kec.Ujungpangkah bhodho kupat atau kupatan diawali dengan kondangan semingu setelah lebaran. kondangan dapat diartikan berkumpul bersama suatu golongan masyarakat semisal warga satu desa atau satu RT untuk melakukan syukuran.Konon tradisi kupatan ini menyebar hingga ke luar jawa yang dibawa oleh orang-orang jawa yng merantau ke sana.

Makna di balik Ketupat
Banyak sekali makna filosofis yang terkandung di dalam sebuah ketupat. dari mulai bungkus yang dibuat menggunakan janur kuning atau daun kelapa yang masih muda yang melambangkan sebagai penolak bala (penolak musibah). janur sendiri berarti cahaya surga (Jannah=Surga; Nur:Cahaya). juga dapat diartikan nur (cahaya) yang melambangkan kondisi manusia dalam keadaan suci setelah sebulan penuh mendapatkan pencerahan pada bulan Ramadhan. jadi, makna dari kupatan adalah kesucian lahir dan bathin yang dimanifestasikan dalam tujuan hidup yang esensial.

Sedangkan bentuk segi empat mencerminkan prinsip “kiblat papat, lima pancer”, yang bermakna kemanapun manusia menuju pasti selalu kembali kepada Allah SWT. Bentuknya yang persegi epat juga dapat dimaknakan sebagai empat macam nafsu manusia yaitu amarah (emosional), aluamah (nafsu untuk memuaskan rasa lapar), supiah (safsu untuk memiliki yang indah-indah) dan mutmainah (nafsu untuk memaksa diri). keempat nafsu tersebut yang ditakhlukkan selama puasa. sehingga dengan memakan ketupat seseorang dianggap sudah mampu menakhlukan keempat nafsu tersebut.

Dilihat dari bentuk anyaman ketupat yang rumit mencerminkan berbagai macam kesalahan manusia. sedangkan warna putih ketika dibelah mencerminkan kebersihan dan kesucian setelah sebulan berpuasa dan memohon ampun atas kesalahan yang diperbuat. beras sebagai isi dari ketupat mempunyai makna atau melambangkan kemakmuran setelah hari raya.

Pada hari raya ketupat biasanya di adakan kondangan itu merupakan percampuran budaya Jawa dan Islam. "Jawa karena ada unsur kumpul-kumpul dan makanannya, Islam karena ada doa-doanya. Kondangan menurut Ngalimun berasal dari bahasa Arab, kun yang artinya ada, dan da'a artinya doa. "Jadi, kondangan adalah acara yang di dalamnya ada unsur doa-doa," tuturnya. Dalam bahasa Jawa lain, Ngalimun menjelaskan ada istilah "kenduren" itu artinya "kendo-kendo leren" yang berarti makan makanan tapi tidak sampai habis karena bisa dibawa pulang.
"Kondangan itu menjadi budaya Jawa Islam yang harus dilestarikan, karena hal itu sangat positif dan mengandung unsur rasa syukur dan sebagai media dakwah Islam.

Orang Jawa yang dulu mengamalkan ajaran Hindu-Buda dengan memberi sesaji yang dibiarkan sampai basi, kemudian dipersembahkan untuk para leluhur dan dewa-dewa harus dihilangkan. "Salah satu cara menghilangkan budaya itu ya lewat kondangan, karena kondangan juga ada unsur makan-makan, doa, dan juga mengirim doa kepada arwah keluarga yang sudah meninggal dunia.



Sabtu, 23 Mei 2015

Training Joeragan Eksport 2015

 
 Training Joeragan Eksport 2015
 
 
Acara Joeragan Ekspor Training yang dihadiri oleh 50 peserta ini dilangsungkan sehari ini (28/04/15), bertempat di Klinik KUMKM Dinas Koperasi Jawa Timur, Jalan Raya Juanda No 22, Sidoarjo. Acara terdiri dari seminar dan workshop. 
 
Acara ini di laksanakan untuk meningkatkan pendapatan UKM. Usaha Mikro Kecil Menengah naik kelas apabila usahanya semakin berkembang, produktivitas bertambah, dan daya saingnya meningkat. Indikator UMKM Naik Kelas: 
  1. Total penjualan meningkat,
  2. Jumlah Pelanggan yang dilayani meningkat, 
  3. Aset meningkat, 
  4. Pajak yang dibayarkannya meningkat, 
  5. Jumlah karyawan meningkat, 
  6. Kualitas SDM meningkat, 
  7. Sistem Administrasi dan keuangan meningkat, 
  8. Barang yang diproduksi meningkat, 
  9. Dana yang diakses dari perbankan meningkat,
"UKM bukan lagi singkatan dari Usaha Kecil Menengah, saatnya berubah menjadi Usaha Kelas Milyaran" demikian kata Cahyadi Joko Sukmono, pendiri Republik Entrepreneur Syndicate, konsultan bisnis senior dari Forbiz Indonesia. 
 
Ada lima fase entrepreneurial yang harus dilalui UKM agar naik kelas, yaitu Motivating, Starting, Stabilizing, Spreading, dan Freedom. Standardisasi diperlukan dalam tiap tahapan dengan intensitas yang berbeda.Fase motivating diawali menemukan alasan kuat mengapa harus berbisnis, berpikir besar jangan yang ecek-ecek. Tuliskan alasan dan impian secara detail dan emosionil, tuliskan jika Anda tidak mencapai dan melakukan impian itu apa akibat buruknya, tuliskan juga jika Anda melakukan dan mencapai impian itu kebahagian apa yang dirasakan. Ini fitrah manusia, ingin nikmat dan takut sengsara. 
 
Jika sudah tuangkan dalam satu saja rencana bisnis yang dituliskan cukup di satu lembar kertas. Fokus ke satu rencana bisnis tadi, istilahnya istiqomah lanjut Cahyadi. Sama seperti yang disampaikan Dahlan Iskan, berbisnis sama halnya dengan bertauhid, yaitu tidak boleh musyrik atau menyekutukan. Anda harus istiqomah dengan satu bisnis dulu. Jika sudah berhasil meraih freedom boleh lakukan bisnis yang lain lanjut Cahyadi. 
 
Fase selanjutnya, Starting. Mulailah, sekecil apapun langkah pertama Anda. Sebagus apapun rencana Anda percuma jika tidak aksi dan mimpi Anda seindah apapun itu tidak akan terwujud. Seperti kata Tung Desem Waringin (pelatih sukses no.1 Indonesia versi majalah Swa) No Action nothing happen, take action miracle happen
 
Dalam fase ini, satu rencana bisnis yang sudah dituliskan dikembangkan lagi dengan dengan menjawab pertanyaan tentang tentang empat hal (pasar/pelanggan, produk, uang dan orang) Siapa market atau target pasar Anda? Apa kebutuhan mereka? Produk seperti apa yang diperlukan untuk memenuhi kebutuhan target pasar Anda? Berapa modal yang dibutuhkan? Berapa peluang omzetnya? Butuh berapa orang? Tuliskan jawaban dari masing-masing pertanyaan tadi lanjut Cahyadi. Setelah itu lakukan konsolidasi dari keempat unsur tadi, dan jika sudah Anda siap lakukan  penjualan. Dalam tahap ini tegas Cahyadi cashflow is the king, yang penting perputaran uang dulu yang berasal dari transaksi tunai. Jangan terlalu berorientasi untung. Ini yang sering jadi penyakit saat kita memulai bisnis kita ingin cepat untung di awal berbisnis kata Cahyadi. 
 
Jika cashflow sudah lancar dan stabil, bisnis mulai tumbuh serta keuntungan pun mengalir biar pun kecil, mulailah bangun sistemnya. Bagaimana caranya? lanjut Cahyadi, jawabannya adalah lakukan standardisasi mulai dari bahan bakunya, spesifikasi produknya, cara kerjanya dan prosesnya. Tuliskan semua itu, kata Cahyadi buat dokumentasinya agar bisnis Anda bisa diduplikasi, di-leverage, dan digandakan keuntungannya dengan efisien dan efektif. Bisnis Anda bisa digandakan atau di-leverage secara akselerasi jika sistem bisnis sudah terstandardisasi kata Cahyadi. Anda bisa membuka cabang, kerjasama, atau waralaba. Jika sudah sukses maka massive passive income pun mengalir, inilah saat dimana Uang bekerja untuk Anda bukan Anda bekerja untuk uang, kata Cahyadi. 
 
Fase terakhir adalah Freedom, di fase ini Anda akan mencapai kebebasan financial dalam fase ini Anda bebas mengelola keuangan dan hidup Anda, mau digunakan untuk sosial, ibadah, membeli properti, konsumsi, traveling atau apapun. Dengan kata lain Anda bisa jalan-jalan kemanapun Anda mau dengan tenang dan bisnis Anda pun tetap berjalan dan berkembang. Di fase ini, banyak juga pengusaha yang melakukan aksi kepedulian sosial karena prinsip hidup itu bukan sekadar mencari materi tapi juga kebermanfaatan bagi orang lain. Manusia yang terbaik itu, bukan manusia yang paling kaya, manusia yang paling pintar, manusia yang paling berkuasa, tapi manusia yang terbaik adalah manusia yang paling bermanfaat bagi sebanyak-banyak orang kata Cahyadi. 
 
Perjuangan bangsa ini belum selesai kata Cahyadi. Dengan menjadi entrepeneur, tegasnya, berarti Anda ikut memperjuangkan kemerdekaan sejati negeri ini, yaitu merdeka dari kemiskinan, kebodohan dan penjajahan ekonomi. Karena UKM-lah tulang punggung ekonomi Indonesia yang mampu menyerap lebih dari 90% tenaga kerja. Di negara maju sekalipun, seperti Uni Eropa, Jepang, AS dan Singapura, UKM sangat berperan dalam memajukan perekonomian. 
 
Selain Coach Pak Bagus Suminar, hadir juga pak Arif (Forwader), dan para peserta terdiri dari pendamping ekspor UKM dan juga pelaku ekspor. Para pembicara banyak membagi ilmunya dari mulai membuat perencanaan bisnis, membuat tujuan bisnis dan membahasakannya dalam keuangan dengan Break-event poin calculator, memulai bisnis dengan modal ide, cara sukses bisnis kuliner, fashion dan kerajinan, bagaimana mengikuti pameran di luar negeri secara gratis, mendapatkan fasilitas pembiayaan/modal dari bank dan investor. Menurut Pak Bagus Suminar bahwa UKM untuk menjadi ekportir adalah mudah. Menurut pak bagus ada 4 hal yang menjadi penyebab ukm tidak bisa menjadi eksportir

Menurut Pak Bagus Suminar bahwa UKM untuk menjadi ekportir adalah mudah. Ada 4 hal yang menjadi penyebab ukm tidak bisa menjadi eksportir: 
  1. Saya tidak bisa bahasa Inggris 
  2. Saya tidak punya surat ijin ekspor
  3. Saya tidak tahu cara mengirim barang
  4. Saya tidak tahu cara pembayaran
 
Mengapa UKM harus bisa menjadi eksportir?
  • Ekspor itu bisa dipelajari
  • Produk Indonesia unik & menarik
  • Produk Indonesia sanggup bersaing di pasar internasional
  • Bangga jadi Exportir
 
Banyak produk asli buatan Indonesia yang dianggap remeh di negara sendiri tapi justru bagus untuk komoditas export…
 
”Tips Ekspor… 
  • Cintai produk  anda, tumbuhkan passion 
  • Kuasai product knowledge
  • Akhirnya kita bisa menjadi sumber







Selasa, 21 April 2015

Sejarah singkat pemindahan Desa Tanjangawan Kecamatan Ujungpangkah Kabupaten Gresik
 
Tanjangawan merupakan salah satu desa di Kecamatan Ujungpangkah yang dulunya rutin tertimpa bencana banjir, tepatnya antara bulan Februari dan Maret tiap tahun. Banjir datang begitu cepat sedangkan surutnya sangat lamban terkadang bisa sampai 3 bulan dan ketinggian airnya sampai 150 cm. 

Keadaan penduduk disana sangat memperihatinkan karena areal sawah dan tambak bagaikan lautan, semua terendam air. Tempat tinggal penduduk tidak bisa ditempati sehingga warga hidupnya terkatung-katung. Sebagian mengungsi ke desa lain dan sebagian lagi membuat kemah atau tenda untuk tempat tinggal sementara di pinggir jalan PU beserta ternaknya. Kalau banjir bertambah besar sampai jalan PU tergenang air, maka terpaksa pindah lagi ketempat yang datarannya lebih tinggi. Begitulah derita yang dialami dan tidak akan  terlupakan oleh warga desa Tanjangawan dahulu. 

Usaha untuk menanggulangi banjir telah dilakukan, antara lain meninggikan bendungan juga peninggian jalan. Bantuan dana Inpres desa dari pemerintah selalu digunakan untuk dua program tersebut sehingga program yang lain tertinggal. Namun banjir tetap melanda desa Tanjangawan sehingga saat itu desa Tanjangawan termasuk desa yang paling mines jauh tertinggal dari desa lain sekecamatan Ujungpangkah. Hampir tiap tahun desa Tanjangawan selalu mendapatkan bantuan dari pemerintah, baik berupa makanan atau pakaian bekas. Begitulah kenyataan yang sangat memprihatinkan. 

Pada tahun 1973 Pejabat Pemerintahan desa beserta anggota LSD (Lembaga Sosial Desa) yang sekarang LKMD mengadakan rapat untuk merencanakan pemindahan desa ketempat yang lebih tinggi dan terlepas dari bencana banjir. Hal ini bertujuan agar generasi penerusnya bisa menikmati hidup yang lebih baik dan bisa mengikuti jejak pembangunan sesuai program pemerintah. Hasil rapat dilanjutkan ke rapat desa yang dihadiri oleh semua elemen masyarakat dan dalam rapat desa tersebut  juga mengundang bapak Muspika, yang mana pada saat itu camatnya adalah pak Raji (alm), Danramilnya adalah pak Suparman dan Kapolseknya pak Abdullah. Hasil dari rapat desa masyarakat masih keberatan dan tidak setujuh desanya di pindahkan. 

Memasuki tahun 1974 tepatnya hari kamis tanggal 30 Januari 1974 diadakan rapat desa lagi yang mengundang masyarakat juga muspika, pada saat itu camat dijabat oleh pak R.Soekarnen (alm), Danramil pak Mudzakir dan kapolsek pak Abdullah. Hasilnya Alhamdulillah dengan ridho dan rahmat Allah atas mufakat warga masyarakat rapat memutuskan setujuh desa untuk dipindahkan. 

Pada hari minggu tanggal 11 Maret 1974 tidak disangka bencana banjir datang lagi dan lebih besar dibanding tahun-tahun sebelumnya sehingga menamba kemantapan warga untuk dipindahkan. Selanjunya bapak kepala desa mengusulkan ke Pemda Kabupaten Gresik melalui bapak Camat untuk mendapatkan persetujuan. Usulan diterima dan mendapatkan persetujuan dari bapak Bupati Letkol. AL Soefelan. Akhirnya desa mendapat bantuan prasarana untuk pemindahan desa. 

Pemda Kabupaten Gresik mengadakan survey, dengan singkat setelah survey bapak kepala desa dengan staf diperintahkan mengumpulkan warga pemilik tanah sawah yang akan ditempati pemindahan desa seluas 15 Ha. Bagunan perumahan warga dan bagunan sosial 12 Ha, sedangkan lapangan dan kebun bibit desa 3 Ha. Warga tersebut dikumpulkan untuk diminta kesadarannya demi kepentingan desa dan dibeli dengan harga 1Ha = Rp.400.000,- jadi jumlah pembelihan tanah adalah 6.000.000,- (enam juta rupiah). Setelah dilaksanakan pembayaran, diadakan pengukuran pengaplingan perumahan, bagunan sosial jalan lapangan dan kebun bibit oleh dinas Agraria. 

Untuk penataan desa yang lebih baik Pemda, Pejabat pemerintahan desa beserta LSD diajak karya wisata/studi banding mengunjungi desa Kali Penggung Kecamatan Kalipenggung Kabupaten Lumajang, dengan tujuan agar nantinya bisa dibuat contoh dalam melaksanakan penataan desa. 

Pada tahun 1975 warga desa Tanjangawan dibantu masyarakat sewilayah Kecamatan Ujungpangkah disibukkan membangun lokasi / tempat pemindahan desa. Setelah penataan sudah bisa ditempati, pejabat pemerintahan desa bersama LSD mengundang para tokoh agama dan tokoh masyarakat / sesepuh desa untuk mengadakan rapat merencanakan dimulainya hari pemindahan. Hasil keputusan rapat dibentuklah panitia tiap kampung dan pemindahan rumah dimulai pada hari jum’at wage tanggal 26 desember 1975. 

Hasil rapat dilaporkan ke Bupati Gresik Letkol Soefelan melalui bapak camat Ujungpangkah, akhirnya dari Pemda kabupeten Gresik mengadakan survey selanjutnya memberikan bantuan berupa kayu, bahan bagunan dan lain sebagainya. Tepat hari jumat wage tanggal 26 desember 1975 dimulailah pemindahan rumah yang diawali rumah pamong desa / pejabat pemerintahan desa. Pemindahan baru dapat 27 rumah, desa Tanjangawan mendapat musibah lagi berupa hujan yang sangat deras dan disertai angin kencang hingga 11 rumah roboh, tetapi hal ini tidak menjadi kendala pemindahan terus berjalan siang malam, warga gotong-royong agar pemindahan desa cepat selesai. 

Hari kamis pahing tanggal 21 april 1976 pemindahan rumah penduduk selesai semuanya dan yang tertinggal di tempat lama adalah masjid dan madrasah ibtidaiyah sebab masyarakat tidak mampu untuk swadaya. Jadi sementara masyarakat melaksanakan sholat jumat berjamaah di masjid lama, anak-anak juga masih sekolah ditempat lama, sedangkan untuk sekolah SD saat itu masih belum ada. Namun dalam rangkah pemindahan desa tanjangawan mendapatkan inpres SDN. 

Pada hari senin Pon tanggal 16 Agustus 1976 jam 10.20 desa Tanjangawan diresmikan oleh Gubernur Jawa Timur bapak Soenandar Prijosoedarmo, semua warga kumpul juga undangan dari desa lain se wilayah Ujungpangkah serta undangan dari wilayah pembantu bupati Kabupaten Gresik juga berkumpul dibalai desa. Dalam peresmian tersebut bapak gubenur juga menyerahkan bantuan untuk biaya pemindahan masjid dan madrasah ibtida’iyah sebesar 3.000.000,- dan TV 20 ins untuk umum. Demikian sekilas sejarah/ riwayat pemindahan desa Tanjangawan  bila ada kurang lebihnya kami mohon maaf yang sebesar-besarnya dan terimakah.